Tampilkan postingan dengan label rain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rain. Tampilkan semua postingan

Senin, Juli 28, 2008

Puisi Hujan

“Kutidurkan kamu dalam hujan
Agar kau tahu aku dekat denganmu
Seperti air dan bumi
Lalu memberimu nama"

Kamis, Juli 03, 2008

Hujan Bulan JUNI


Hujan Bulan Juni atau bisa dijawantahkan menjadi hujan yang jatuh di musim kemarau. Hm? kontradiktif gak sih? Bisa jadi hujan yang turun di bulan Juni (yang secara siklus seharusnya udah masuk musim kemarau) ini pastilah sangat istimewa. Makanya dia bisa jadi judul puisi.
Ketika artis Dua Ibu membuat musikalisasi puisi dengan mengambil kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono, yang dirangkum dalam album Hujan Bulan Juni, saya dibikin tercengang. Lagu-lagu itu bukan hanya indah dan romantis tapi juga sangat menginspirasi.
Terimakasih untuk Hujan Bulan Juni yang telah memberi saya ilham untuk menciptakan novel Hujan di Belanga!

Kumpulan Puisi
HUJAN BULAN JUNI
Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
--------------------------------------------------------

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu..
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada..

---------------------------------------------
Ada gadis kecil
Diseberangkan gerimis
Ditangan kanannya bergoyang payung
Tangan kirinya mengibaskan tangis
Dipinggir padang, ada pohon dan seekor burung

------------------------------------------------

Mencintai angin harus menjadi siul
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu, harus menjelma aku

-----------------------------------------------

Hatiku, selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
Biarlah aku sejenak, berbaring disini
Ada yang masih ingin kupandang
Yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tamanmu
Setiap pagi....

----------------------------------------------------


PS: Kasih puisi-puisi ini sama kecengan. Dijamin dia bakalan termehe-mehe sama kamu!! :)). Ohya, beliin Novel HUJAN DI BELANGA juga yah..^_^

Senin, Juni 09, 2008



Hujan...
Cuma butiran air yang jatuh ke bumi. Cuma hasil dari proses sirkulasi alam: air laut naik ke udara di bawa oleh awan dan akhirnya jatuh ke bumi. Sederhana, ya?
Tapi apakah sesederhana itu konsep hujan? Kalau ia sederhana, kenapa bisa menghadirkan air bah yang sangat dibenci orang Jakarta?
Kalau ia sederhana, kenapa hujan bisa dijadikan insiprasi para sineas untuk lebih mendramatisir cerita yang dibuatnya?
Bagiku, hujan tidak juga sederhana. Ia mengandung sejuta makna. Makna yang mungkin tidak bisa dijawantahkan pabila kita tidak punya rasa.
Bagiku, ia adalah penghantar berbagai macam cerita, tanpa seorang manusiapun mampu menghentikannya.
Ia bisa bercerita kapanpun. Di pagi hari, siang hari, bahkan malam hari sebagai cerita penghantar tidur. Tentang kebahagiaan orang-orang yang merindukan kehadirannya, tentang keceriaan anak-anak yang bermain diantara butiran-butirannya, juga cerita tentang kesedihan..
Karenanya, aku sangat mencintai hujan.
Karenanya pula, cerita-ceritaku ada..