Minggu, Juni 29, 2008

Diary Entry


Kesunyian maha dahsyat bertahta megah di jiwaku..
Mengunci setiap kata yang ingin aku keluarkan..
Kata orang aku adalah raga hidup yang jarang sekali berucap.
Aku bicara! Sungguh! Tapi hanya aku yang bisa mendengarnya!

Dari tulisan yang tadi ia baca. Liz merasa sesuatu telah terjadi dalam hidup Jett. Yah! Pasti. Sesuatu yang sangat besar dan mendalam bagi seorang Jettro. Tapi Liz tidak ingin mengoreknya lebih dalam meskipun dalam hati ia sangat penasaran.
*
“Liz..”
“Heh?”
“Lo ama Chris gak pacaran, kan?” tanya Jettro tiba-tiba.
*
Akhirnya, Liz bercerita tentang persahabatannya dengan Christian. Cerita yang jarang sekali Liz ungkapkan pada teman-teman lain.
*
“Oh, begitu ceritanya..” komentar Jettro. Mendengar kisah persahabatan antara Liz dan Christian tadi, terbesit selintas dalam pikirannya. Apakah...
“Kalian gak pernah saling mencintai?”
“Heh?” Liz terkejut. Pastinya. Baru kali ini ada orang yang menanyakan hal itu.

Jettro


Vira terpaku di tempatnya. Rupanya ia masih terpesona dengan Jett yang kalem dan gak sok kecentilan di depannya. Sangat berbeda dengan cowok-cowok lain di sekolah ini, yang berebut perhatian darinya. He’s really really totally cute n cool!!
Tanpa sadar, dia senyum-senyum sendiri. Teman-temannya saling pandang dan heran melihat Vira yang tumben-tumbennya bersikap baik sama cowok.
Sementara itu Jettro meneruskan niatnya menemui ibu kantin, bermaksud membayar hutang tidak sengajanya kemarin dan meminta maaf. Kemudian dengan santai melangkah lagi keluar dan pergi ke warung rokok depan sekolah. Ia tidak suka di kantin lama-lama karena tidak boleh merokok.
Vira dan teman-temannya yang masih berdiri di depan pintu kantin, memperhatikan Jett yang tanpa berbasa basi lagi lewat di depan hidung mereka. Spontan saja teman-teman Vira berbicara bisik-bisik. Hanya Vira yang diam saja sambil mengikuti langkah Jett sampai menghilang di tikungan koridor.
“Siapa sih dia?” tanya Vira mendesis.

Kebahagiaan Sahabat






Idola sekolah itu bernama VIRA. cewek blasteran yang cantik dan menarik tapi sayang punya kelakuan minus. Dia senang banget mengejek cowok yang naksir padanya tanpa basa-basi, dia senang menggantung-gantung harapan pada laki-laki yang mencintainya, dan dia sedikit gampang termakan rayuan cowok-cowok berdompet tebal untuk dibawa kencan. Tapi semua kejelekan yang ada di Vira, gak menjadikan Christian patah semangat. Dia yang terlanjur suka sama Vira sejak mereka pertama kali bertemu di SMU itu, tidak terpengaruh oleh berita-berita miring seputar Vira.
Christian kerap nulis puisi yang kemudian disampaikannya pada Vira melalui sahabatnya, Lizkia. Lizkia dengan semangat toleransi tinggi terhadap sahabat yang telah menemani hari-harinya sejak kecil itu, mau saja jadi "PAK POS", dan gak peduli dirinya dimaki-maki dan dihina oleh Vira dan teman-teman ganknya. Bagi Liz, kebahagiaan Chris, adalah kebahagiaannya juga.

Sabtu, Juni 28, 2008

VIRA




Jett melirik cewek itu lagi. Penampilannya juga menakjubkan. Si cewek tampak sedang mengambil sesuatu di jok belakang mobilnya sebelum akhirnya membunyikan central lock dan melenggang masuk ke halaman sekolah. Cepat-cepat Jett keluar dari mobil dan mengikutinya dari belakang.
Ia penasaran.
Cewek itu tampak percaya diri luar biasa. Tubuhnya yang tinggi dan langsing melenggak lenggok di koridor bak seorang model profesional. Seorang modelkah? Atau artis sinetron? Kalau iya, kemana saja gue selama ini, sampai-sampai gak tahu kalau di sekolah ada artis! Pikir Jett.

For the first time



Wah, ternyata, jadi orang paling gak diperhatikan di kelas itu enak gak enak. Enaknya, mau ngapain juga gak ada yang peduli.
Itu yang dirasain Jettro ketika berada di kelasnya yang notabene tidak terlalu menyadari adanya dia disana. Ada tapi tiada.
Gak enaknya mungkin gak ada yang bisa diajak ngobrol aja kali yah. Parahnya, bangku sebelah Jettro itu kosong karena gak ada yang tahan duduk bareng dia.
Tapi sejak Lizkia menyapanya pada suatu pagi, Jettro merasa bahwa hari-harinya ke depan tidak akan sama seperti dulu lagi...

Teman Tak Terperhatikan




Kalo kamu punya temen sekelas yang gak pernah nyapa apalagi ngobrol ama kamu, apa sih yang bakal kamu lakukan jika suatu saat ketemu sama dia di suatu tempat?
Kamu bakalan nyapa dia atau malah nyuekin?
Nah, Ini nih yang dialamin Lizkia, cewek populer di Persada II karena kepintarannya. Dan temen sekelasnya yang gak pernah nyapa or ngobrol sama dia itu bernama Jettro.
Kagok? Canggung? Pasti! yang jelas sih surprise banget karena gak nyangka ketemu Jettro di "Belanga", tempat yang bakalan sering dia kunjungin bareng Christian, sobatnya yang demen banget baca buku.

Jumat, Juni 13, 2008

MAU MENULIS


Mau jadi penulis? Gampang! Caranya ya nulis aja. Saya yakin tiap orang itu bisa menulis seperti halnya bernyanyi. Saya ingat kata seorang komentator ajang pencarian bakat nyanyi di TV, kalo setiap orang itu bisa menyanyi, hanya yang membedakan bagus enggaknya atau enak enggaknya didengar adalah tehnik bernyanyinya. Nah! Kita garis bawahi kata: Tehnik. Yang diperlukan dalam menulis (dalam wacana ini saya merujuk pada penulisan fiksi), adalah tehnik menulis saja. Tapi itu juga gampang, kok. Sejak TK atau SD kita sudah belajar mengarang bebas atau mengarang indah, kan? Tapi dengan tehnik yang sederhana tentunya. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan SMU juga ada bab/ bagian yang menuntut siswa melakukan kegiatan mengarang atau membuat komposisi tulisan, pastinya dengan tehnik yang lebih rumit daripada anak SD. Saya masih ingat tuh waktu di SMP, guru BI saya selalu nuntut kalo suatu tulisan atau karangan itu musti ada unsur 5W + 1H; What, Why, When, Where dan Who + How, kalo gak ada salah satu dari itu, nilai saya langsung dikurangi satu. Wah!Tapi jangan takut, soal tehnis itu sebenarnya bisa kita pelajari sambil jalan, artinya, kita akan menemukan tehnik atau cara menulis ala kita sendiri sembari kita melakukannya. Karena pada hakikatnya kegiatan menulis itu adalah kegiatan yang sangat manusiawi sekali seperti kita bicara, makan atau bernapas. Gak ada teori tentang cara makan atau cara bernapas, kan?Stephen King, penulis asal Amrik yang tulisannya always best seller itu bilang dalam bukunya "ON WRITING" kalo menulis itu adalah menciptakan duniamu sendiri. SETUJU!Karena apa yang kita pikirkan kemudian kita tuangkan dalam bentuk tulisan itu adalah hasil dari kehidupan yang kita alami dan belum tentu orang lain tahu dan mengalaminya.Asyik gak sih kalo pemikiran kita tentang dunia sekitar, tentang orang-orang yang kita kenal yang kamu suka atau yang kamu benci, khayalan kita tentang prince charming atau princess beauty, bisa diketahui orang banyak plus bisa menginspirasi juga?Nah, kalo kamu ingin (baca terobsesi) menjadi penulis atau minimal duniamu terbaca oleh orang lain, mulailah menulis, menulis dan menulis. Buka kotak perkakas menulismu yang berupa koleksi kosakata, phrasa, kalimat. Perbanyak dan tambah koleksi kosakata dengan membaca kemudian menulis. Membaca kemudian menulis, begitu seterusnya seperti mengambil napas kemudian menghembuskannya lagi.

Senin, Juni 09, 2008


Sastra adalah seni aksara yang mampu membuat pencerahan setiap insan yang membacanya. Dia bagaikan memberi setetes air dikala manusia dahaga. Saya nemu artikel yang sangat bagus dan mudah-mudahan aja bisa ngasih pencerahan dan obat keingintahuan dan juga membangkitkan minat membaca karya sastra. Nih artikelnya...

Sastra, Seni Berbohong yang Indah*
Denny Prabowo
Sekepul asap dari tembakau yang terbakar tersembur dari beberapa mulut penghuni aula ber AC, di sebuah hotel di kawasan kebayoran, Jakarta Selatan. Jarum jam menunjukan angka sepuluh. Malam merambat perlahan. Basa-basi dari ketua deputi bidang pemberdayaan pemuda membuka sesi pertama workshop yang digelar Creative Writing Institute—yang menjadi bagian dari acara Pekan Kretivitas Pemuda 2005. Dilanjutkan dengan tips menembus media dari Cavhcay Hermani, sebelum masuk ke diskusi utama hari pertama yang dimoderatori oleh Maman S. Mahayana. Hamsad Rangkuti yang menjadi tutor malam itu, berkisah tentang proses kreatif, bagaimana sebuah cerpen lahir dari tangannya. Menjadi semacam pengulangan dari tulisannya, Imajinasi Liar dan Kebohongan (Proses Lahirnya Sebuah Cerpen), yang pernah saya baca di dalam buku Bibir dalam Pispot.
Berita adalah kunci kontak kita menulis, dan “SIM’-nya adalah bahasa, begitu tutur Hamsad Rangkuti yang kemudian disusul dengan sebuah pertanyaan dari salah seorang peserta workshop, tentang bagaimana mengemas sebuah fakta sensitif menjadi sebuah cerita tanpa membuat pihak-pihak yang terlibat di dalamnya merasa perlu malakukan tekanan sebab cerita yang kita buat—sebuah pertanyaan yang akan langsung terjawab, jika saja kita telah membaca Jazz, Parfum dan Insiden karya seno Gumira Ajidarma yang menggabungkan roman metropolitan, esai jazz dan parfum dengan laporan jurnalistik tentang tragedi yang terjadi di Timor Timur (sekarang menjadi Negara Timor Leste). “Sastra adalah seni berbohong yang indah,” begitu kata Hamsad Rangkuti, menjawab pertanyaan itu, mengingatkan saya kembali dengan sebuah cerpen karyanya.
Apakah betul ada tiga anak kecil dalam langkah malu-malu datang ke Salemba sore itu? Bukankah itu kebohongan. Saudara telah menciptakan kebohongn. Tetapi, penyair itu menampik dan berkata, semua yang dia tulis adalah kebenaran. Benar adanya. Memang ada tiga anak kecil dalam langkah malu-malu datang ke Salemba sore itu. Aku tidak berbohong, kata penyair itu. Lalu aku bertanya adakah lautan air mata itu? Bagaimana Saudara tega berbohong tentang lautan air mata. Kalian telah terkepung oleh air mata kami, tulis Anda. Bagaimana anda bias meciptakan lautan air mata? Sesendok saja pun rasanya tidak mungkin. Bukankah Anda telah berbohong? Ya, saya telah berbohong, kata penyair itu setuju dengan pendapatku. Semua kita ini para pembohong. Berlindung dibalik kata imajinasi dan metafora-metafora kebohongan. Kebohongan adalah kebohongan. Berbohong dan imajinasi itu sama. Berbohong adalah berimajinasi.1
Karya sastra adalah tulisan fiksi berdasarkan imajinasi. Berbeda dengan nonfiksi yang merupakan tulisan berdasarkan fakta dan data. Tapi apakah karena alasan itu karya sastra pantas disebut sebagai sebuah kebohongan? Dalam sebuah esainya Seno Gumira Ajidarama mengatakan, Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Karena jika jurnalisme bicara dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran2. Yang kemudian dikoreksi sendiri oleh penulisnya dalam tulisannya yang lain, sebab dia meragukan apakah di dunia ini ada yang namanya kebenaran. Kebenaran itu memang relatif. Tergantung siapa yang mengatakanya. Bukan kebenaran yang menjadi dasar dari penulisan sebuah karya sastra, tapi realita. Ya, sastra bicara dengan realita. Oleh sebab itu terkadang seseorang bisa larut dalam kesedihan, kemarahan, kebahagiaan ketika membaca sebuah karya sastra, karena bisa jadi sebuah karya yang sedang dibacanya merupakan representasi dari pengalaman hidupnya atau harapan-harapannya. Bukankah hampir seluruh ide-ide cerpen yang ditulis Hamsad Rangkuti berasal dari kejadian-kejadian yang tertangkap mata dan telinganya? Hanya imajinasi yang kemudian membuat pengalaman yang sesungguhnya tidak terlalu menarik untuk diceritakan, menjadi sebuah bacaan yang tak hanya menarik untuk dinikmati, tapi juga memberikan pembelajaran, yang tak jarang menimbulkan efek pencerahan.
Bisa jadi tiga anak kecil dalam langkah malu-malu datang ke salemba sore itu tidak benar-benar ada seperti yang diakui penulisnya. Dan kalau saja berpasang-pasang mata dari seluruh penduduk Indonesia meneteskan air mata terderasnya, tak akan mungkin tercipta telaga air mata. Semua hanya ada dalam imajinasi penulisnya. Apakah karena sebab itu seorang sastrawan sudah bisa dikatakan sebagai seorang pembohong?
Karya sastra adalah karya fiksi. Disebut fiksi karena tidak sungguh-sungguh terjadi. Dan ketika sastrawan mempublikasikan karyanya sebagai karya fiksi, pembaca tentunya sudah mengetahui sejak awal kalau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam karya sastra yang dibacanya adalah tidak benar-benar nyata. Tidak kah itu bisa dikatakan sebagai sebuah kejujuran?
Sementara begitu banyak catatan sejarah dan berita-berita yang dipublikasikan, yang semestinya menjadi karya nonfiksi ternyata tidak sesuai dengan fakta dan data yang sesungguhnya. Dan kita sebagai pembaca, sudah terlanjur menerimanya sebagai karya yang benar-benar terjadi.
Loteng Rumah, 2 Pebruari 2005
* Dimuat di Majalah Sabili No.19 6 April 2006
_____________________________________________________________________________________
1. Cerpen Antena, dalam buku antologi cerpen karya Hamsad Rangkuti Bibir dalam Pispot hal 146-147
2. Kehidupan Sastra dalam Pikiran, terangkum dalam buku kumpulan esai Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

The Novel




HUJAN DI BELANGA is about..


Love and Friendship..
“ Liz, gue pengen kita bareng terus. Lo dan gue”
“Apa?”
“ Iya. Bareng terus. Sekarang, selamanya. Boleh kan?”
“Jett, selama beberapa bulan ini kan kita selalu barengan”
“Iya. Tapi beda!”
“Jadi maksud lo apa?”


The Dreams..
“Apa yang kita pengen, apa yang kita impikan, kadang gak bisa jadi kenyataan. Iya, kan Jett?”
“Tapi seenggaknya lo udah berani mimpi, Chris. Meski mimpi lo itu belum jadi kenyataan..”
“Tapi setelah kejadian itu, gue gak berani mimpiin apa-apa lagi”
“Chris, tiap hari, tiap jam dan tiap detik kita harus punya mimpi. Biar kita tahu kalo setiap detik jantung kita masih berdenyut, otak kita masih bekerja, dan hati kita masih bicara. Lo tahu, Chris? Impian itulah yang bikin seseorang tetep punya semangat untuk hidup..”


The Loneliness....
Diary entry..
..”Kesunyian maha dahsyat bertahta megah di jiwaku..
Mengunci setiap kata yang ingin aku keluarkan..
Kata orang aku adalah raga hidup yang jarang sekali berucap..
Hey! Aku bicara. Sungguh! Tapi hanya aku yang bisa mendengarnya..”


The Revenge..
“...Lo tahu Chris? Dia punya rencana untuk ngancurin kita berdua, karena...”
“ Karena apa?!”
“Karena dia cinta sama Lizkia!!”
“ Kalo cuma gara-gara suka ama Liz, kenapa dia sampe berbuat kayak gini, Jett?”


and This Story..

Hujan turun. Airnya menetes di Belanga. Kadang ia dibenci, kadang dirindu pula. Tetesannya yang jatuh itu berbunyi. Bunyi yang bisa diterjemahkan jadi cerita,
‘pabila kita punya rasa...
Hujan turun. Airnya menetes di Belanga. Kini bibir belanga itu penuh hampir ruah. Menjelma jadi kisah anak manusia. Kisah tentang benci, kadang rindu pula.
Karena hujan di Belanga. Cerita ini ada....

... could happens to us all


© 2007 HUJAN DI BELANGA® Chika Riki,Inc. All rights reserved
Available NOW on your favorite book stores

About me me n me

fun quiz for myspace profile and blog

Lets101 Quizzes - Blog Quizzes



Hujan...
Cuma butiran air yang jatuh ke bumi. Cuma hasil dari proses sirkulasi alam: air laut naik ke udara di bawa oleh awan dan akhirnya jatuh ke bumi. Sederhana, ya?
Tapi apakah sesederhana itu konsep hujan? Kalau ia sederhana, kenapa bisa menghadirkan air bah yang sangat dibenci orang Jakarta?
Kalau ia sederhana, kenapa hujan bisa dijadikan insiprasi para sineas untuk lebih mendramatisir cerita yang dibuatnya?
Bagiku, hujan tidak juga sederhana. Ia mengandung sejuta makna. Makna yang mungkin tidak bisa dijawantahkan pabila kita tidak punya rasa.
Bagiku, ia adalah penghantar berbagai macam cerita, tanpa seorang manusiapun mampu menghentikannya.
Ia bisa bercerita kapanpun. Di pagi hari, siang hari, bahkan malam hari sebagai cerita penghantar tidur. Tentang kebahagiaan orang-orang yang merindukan kehadirannya, tentang keceriaan anak-anak yang bermain diantara butiran-butirannya, juga cerita tentang kesedihan..
Karenanya, aku sangat mencintai hujan.
Karenanya pula, cerita-ceritaku ada..